Rabu, April 29, 2009

wah sy baru tau kalo ternyata flu babi adl virus lama. ternyata sekian tahun yg lalu pernah ada penyebaran virus flu babi sehingga menewaskan puluhan juta org di dunia, satu juta diantaranya adl indonesia. seperti info yg sy dpt dari tempointeraktif.
berikut kutipannya:

Flu Babi Pernah Tewaskan Satu Juta Penduduk Indonesia

Selasa, 28 April 2009 | 17:23 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta: Wabah flu babi, yang saat ini membuat panik dunia, pernah menewaskan sekitar satu juta penduduk Indonesia saat menyerang pada 1918-1919. Wabah saat itu sendiri menewaskan total 20-50 juta penduduk dunia.

"Ini (flu babi, red) sebenarnya penyakit lama yang aktif lagi," ungkap Ketua Tim Penanggulangan Flu Burung Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, Dr Sumardi, di Yogyakarta, Selasa (28/4).

Menurut Sumardi, virus H1N1 yang menjadi penyebab flu babi telah membunuh sekitar 50 juta penduduk dunia, satu juta diantaranya di Indonesia, pada tahun 1918-1919.

Saat itu, lanjut Sumardi, wabah flu babi diketahui pertamakali di Spanyol dan kemudian menyebar ke Amerika Serikat. "Kalau saat ini wabah flu babi berkembang dari Meksiko, mungkin kartena Meksiko dekat dengan Amerika Serikat," jelasnya.

Menurut Sumardi, virus tipe influenza seperti flu babi saat ini memang mengalami mutasi kira-kira 100 tahun sekali. Mutasi ini sangat mungkin terjadi karena saat membelah diri atau berkembang biak terjadi pergantian protein dan DNA yang ada dalam virusnya. "Virusnya mungkin masih sama, yakni H1N1, tapi susunan proteinnya telah berubah," jelasnya.

Begitu terjadi mutasi, lanjutnya, virus baru itu sifatnya sangat berbeda dengan aslinya sehingga tubuh manusia tidak lagi mengenalinya. "Begitu tubuh tidak mengenal, maka terjadi penyakit yang berat pada tubuh manusia," ujarnya.

HERU CN



nah, ternyata ada pula info dari kompas ttg babi yg mrpkn sarana bermutasi virus :

Babi, "Tempat Koalisi" Gen Virus Flu
Rabu, 29 April 2009 | 03:00 WIB

Setelah lama kita tidak mendengar kasus flu burung, kita dikejutkan dengan munculnya flu babi di Meksiko. Sejak Maret lalu dilaporkan sudah 103 orang meninggal dunia.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan telah memperingatkan potensi pandemi itu. Mobilitas orang dan produk pertanian secara internasional sangat mungkin menyebabkan perpindahan virus yang menjadi penyebab flu itu.

Para peneliti berjuang keras untuk mengetahui karakter virus yang menyerang itu. Secara umum, babi merupakan tempat bertemunya berbagai jenis virus, baik yang menyerang babi itu sendiri, unggas, maupun manusia.

”Meminjam istilah politik, di dalam tubuh babi memungkinkan terjadinya koalisi sempurna di antara virus flu. Di dalam tubuh babi, koalisi di antara berbagai jenis virus terjadi. Hasilnya akan memunculkan virus baru yang mengandung material para pendukungnya dengan sifat yang baru pula,” kata peneliti dari Pusat Penyakit Tropis dan juga dosen Universitas Airlangga, CA Nidom.

Tubuh babi merupakan wahana pencampur (mixing vessel) alias tempat koalisi berbagai jenis virus itu. Di dalam tubuh babi virus flu dengan berbagai tipe dan subtipe itu bisa bercampur dan menghasilkan ”anak” virus dengan karakter yang baru.

Nidom menjelaskan, hingga saat ini memang hanya di tubuh babi proses pencampuran material genetik virus flu burung mudah terjadi. Hewan ini memiliki perangkat biologis yang memungkinkan pencampuran material genetik virus itu. Ia sendiri meneliti kemungkinan proses itu terjadi pada hewan mamalia lain, seperti kucing dan anjing. Namun, sampai sekarang ia belum menemukan proses itu terjadi di kedua hewan itu.

Mereplikasi

Pencampuran material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus flu manusia dan virus flu babi masuk ke sel epitel babi melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu unggas masuk ke reseptor alfa 2,3 sialic acid. Babi memiliki kedua reseptor itu.

Di dalam sel babi virus ini mereplikasi. Pada saat virus-virus itu mereplikasi, di antara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenic drift. Masing-masing virus memiliki material genetik berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen itu bisa tertukar hingga terbentuk ”anak” virus dengan sifat yang berbeda.

Dalam kasus flu babi Meksiko, penataan ulang itu menghasilkan virus dengan struktur luar sama dengan ”induknya”, yaitu virus flu babi (karena itu virus ini tetap disebut subtipe H1N1), tetapi material di dalamnya berasal dari fragmen virus flu manusia dan flu unggas.

Di samping terjadi pertukaran material genetik, kemungkinan pula terjadi antigenic drift, yaitu fragmen-fragmen yang ada bermutasi. Bila ini yang terjadi, ”anak” virus memiliki material genetik yang lebih kompleks.

”Bila antigenic shift dan antigenic drift terjadi di dalam kasus flu babi di Meksiko, ini merupakan perubahan yang sempurna,” kata Nidom.

Nidom mengakui, ia termasuk yang yakin bahwa virus flu babi dan flu unggas untuk sampai menginfeksi manusia harus bertahap. Dalam kasus di Meksiko, ia menduga virus itu tertata ulang di tubuh babi, baru kemudian masuk ke tubuh manusia. Adaptasi virus terjadi pada orang yang pertama terinfeksi virus itu hingga kemudian menular ke orang dengan kecepatan tinggi.

Hingga saat ini diketahui bahwa virus flu babi di Meksiko ”berbahan dasar” dari virus yang tersebut tergolong low pathogenic, yaitu virus flu babi subtipe H1N1, virus flu manusia subtipe H1N1 dan H3N2, serta virus flu unggas subtipe H5N2.

Sebenarnya, tingkat keganasan virus flu unggas subtipe H5N1 yang mencapai 80 persen itu lebih besar dibandingkan dengan virus flu babi yang hanya 15 persen. Namun, dengan tingkat penyebaran yang lebih cepat, virus ini cukup menyentak kalangan ahli.

Dengan belum terungkapnya semua fragmen virus ini, di kalangan para ahli kesehatan hewan sendiri tengah terjadi perdebatan, apakah tepat menyebut virus yang mengarah ke pandemi itu disebut virus flu babi?

Nidom menjelaskan, dari kerangka dasar virus memang diketahui merupakan virus flu babi. Akan tetapi, isi atau fragmen virus itu terdiri dari fragmen virus flu manusia dan virus flu unggas.

”Sebab itu, masih diperdebatkan sebutan yang tepat terhadap virus itu apa,” kata Nidom. (MAR)

kompas